Arief Yahya, Menteri Pariwisata Republik Indonesia:
“Branding Wonderfull Indonesia Ranking 47”
Tahun ini menjadi tahun yang membanggakan bagi dunia pariwisata Indonesia. Program Kemenpar dengan sebutan “10 Bali baru” menjadi leading sector pembangunan nasional. Berangkat dari program tersebut, sektor pariwisata menjadi sangat potensial. Hal ini juga memunculkan harapan bahwa sektor ini akan jadi penggerak bagi sektor-sektor lainnya di berbagai daerah.
Sebelumnya, pariwisata Indonesia juga naik peringkat di level 47. Sebelumnya, pada 2013, Forum Ekonomi Dunia atau lebih dikenal dengan nama World Economic Forum (WEF) menempatkan Indonesia di bawah peringkat 141. Kini, organisasi non-profit tersebut kembali merilis peringkat terbaru, dan peringkat Indonesia lebih kurang 100 level.
Sebuah lonjakan yang sangat membanggakan. Capaian prestasi ini pun mengundang banyak pujian dari berbagai kalangan dan silih berganti mengalir dari pemerintah daerah (Pemda). Wajar saja, hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, hasil dari kerja keras ini telah mendudukkan Indonesia di posisi terhormat di tengah persaingan pariwisata dunia.
Bagi Kemenpar, prestasi ini merupakan salah satu jawaban dari program Nawa Cita Presiden dan Wapres Jokowi-Jusuf Kalla (JK) yang mulai didengungkan sejak 2014 lalu. Kerja keras dengan seruan, “ayo kerja” dari Presiden ikut mengajak seluruh kementerian, lembaga negara, dan Pemda untuk meningkatkan kinerja di lingkungan birokrasi masing-masing.
Jokowi pun memasang target, pada 2019, sebanyak 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) akan berkunjung ke Indonesia. Begitu pun dari Kementerian Pariwisata yang dinakhodai oleh Arief Yahya, telah menyiapkan konsep dan strategi untuk mencapai angka tersebut. Target itu bukanlah hal mustahil. Sebab, di 2016 ini saja jumlah wisman sudah mencapai 12 juta orang.
Arief mengatakan, di 2016, Indonesia menempati posisi yang terhormat. Jika dibandingkan pada 2013, bahkan tidak masuk list dari 141 negara. “Kita, dari rangking di bawah 141 negara melompat hampir 100 peringkat menjadi rangking 47. Ini acknowledgement (pengakuan) yang bagus dari sebuah lembaga yang kredibel (WEF). Itu bisa kita rasakan,” ujar mantan Dirut Telkomsel ini.
Capaian ini, lanjutnya, merupakan upaya branding yang mengena di benak wisman. Tidak sekadar menjual, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang. Beberapa waktu lalu, YOKATTA News menemui Arief Yahya untuk sebuah wawancara. Berikut petikannya.
Sudah sejauh mana branding dari Wonderful Indonesia?
Alhamdulillah, branding Wonderful Indonesia sekarang sudah menempati posisi yang terhormat. Dulu, pada 2013, kita tidak masuk list dari 141 negara. Namun, hasil kerja keras di 2014 dan 2015, akhirnya diumumkan oleh World Economic Forum (WEF).
Di situ, saya ingatkan bahwa kita dari peringkat di bawah 141 negara melompat hampir 100 peringkat menjadi peringkat 47. Ini lebih baik dari Thailand yang berada di peringkat 83. Kalau Thailand itu Amazing Thailand. Malaysia, rangking 96, Malaysia Trully Air Asia. Ini acknowledgement yang bagus dari pengakuan orang dan lembaga yang kredibel, WEF. Itu bisa kita rasakan.
Media apa yang digunakan untuk promosi selama ini?
Untuk promosi dan strateginya kami menggunakan konsep dari Philip Khotler. Saya sederhanakan menjadi branding, advertising, dan selling. Branding kami lakukan dengan tiga langkah.
Lalu, media strateginya kami pakai traveling salesman problem (TSP), melalui media dan sosial media secara bersamaan. Kemudian, untuk promosi di TV besar di dunia, kami pakai Asia Channel, CNBC, Discovery Chanel, CCTV China, BBC, AXN, dan lainnya.
Selain medianya, kami punya Indonesia dot travel. Sosial medianya pun dimainkan di situ. Selain menggunakan konvensional media itu, kami juga menggunakan digital media. Jadi, kami bermitra dengan Google maupun TripAdvisor. Kalau Google itu kan social engine untuk apapun. Sementara, kalau TripAdvisor search engine khusus untuk traveller dan kadang untuk bepergian bagi wisatawan.
Kemudian, kami juga bekerja sama dengan Expedia, sebuah perusahaan travel agent terbesar di dunia. Kalau di Cina kami bekerja sama dengan Baidu. Baidu itu Google-nya Cina. Di samping itu, kami juga bekerja sama dengan TripAdvisor-nya Cina, China Trip (Ctrip).
Bagaimana dengan penggunaan digital media?
Yang ingin saya katakan tadi adalah kami menggunakan digital media dengan sangat intensif, dan nyambung-nya gampang. Kalau pakai digital media nyambung ke medianya mudah, karena sama-sama digital. Demikian juga dengan sosial media, semuanya digital, termasuk Instagram, Facebook, Twitter, sehingga mudah mengabung-gabungkannya.
Upaya lain untuk meningkatkan kunjungan wisman sesuai dengan target 20 juta wisman tahun 2019?
Jadi ada tiga strategi besar. Yang pertama tadi pemasaran, kelihatan di promosinya. Yang tidak kelihatan adalah cara kami membungkus produknya. Kedua, pengembangan destinasi. Sementara, ketiga, kelembagaan dan SDM.
Nah, untuk pemasaran adalah bentuk promosi kami dan keberhasilan branding Wonderfull Indonesia di dunia dan di Indonesia. Di pemasaran itu, destinasi utama kita itu ada tiga, yakni Bali, Jakarta, dan Kepri. Wisman itu sebanyak 40% datang ke Bali, 30% ke Jakarta, dan 20% ke Kepri. Jadi, tiga destinasi utama ini sudah menyumbangkan 90%.
Akan tetapi, ini belum tentu bagus. Jumlah Wisman kita hanya 10 juta. Bandingkan dengan Thailand sebanyak 30 juta, Malaysia sekitar 25 juta. Berarti kita harus membuat nomor dua, pengembangan destinasi. Karena itu, Pak Presiden meluncurkan pengembangan 10 destinasi baru. Kami sebut dengan “10 Bali baru”. Ini cara paling mudah untuk menjelaskan kepada masyarakat membuat 10 Bali baru.
Daerah mana yang masuk dalam 10 Bali baru?
Itu mulai dari Barat, Danau toba; Belitung, Tanjung Klayang; Banten, Tanjung Lesung; Jakarta, Kepulauan Seribu; Jateng-Jogja, Borobudur; Jatim, Bromo-Semeru; Lombok, Mandalika; Labuhan Bajo, Komodo; Sultra, Wakatobi; Papua Barat, Morotai. Nah, itu kami bangun.
Bagaimana dengan pengelolaannya?
Nah, ini yang kami kerjakan. Seharusnya ditambah satu lagi, CEO commitment. Karena itu, zona otoritas ini akan dikelola oleh satu badan otoritas. Jadi, single destination Danau Toba itu single management. Sekarang, ketika kita bersatu, semuanya dapat. Kalau misalkan Garuda itu terbang ke Silangit, bukan satu bupati yang dapat, tetapi tujuh bupati yang mengelilingi Danau Toba, semuanya dapat.